Minggu, 13 Mei 2012

Struktur Ekosistem Akuatik (Danau, Sungai dan Estuari)

Struktur Ekosistem Akuatik (Danau, Sungai dan Estuari)

Struktur Ekosistem Danau


 


 


 


 


 

Gambar 1. Danau

(Sumber: Ridwanaz, 2010)


 

Danau merupakan suatu badan air yang menggenang dan luasnya mulai dari beberapa meter persegi hingga ratusan meter persegi. Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut daerah fotik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut daerah afotik. Di danau juga terdapat daerah perubahan temperatur yang drastis atau termoklin. Termoklin memisahkan daerah yang hangat di atas dengan daerah dingin di dasar. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Berdasarkan hal tersebut danau dibagi menjadi 4 daerah sebagai berikut:

  1. Daerah litoral

Daerah ini merupakan daerah dangkal. Cahaya matahari menembus dengan optimal. Air yang hangat berdekatan dengan tepi. Tumbuhannya merupakan tumbuhan air yang berakar dan daunnya ada yang mencuat ke atas permukaan air.
Komunitas organisme sangat beragam termasuk jenis-jenis ganggang yang melekat (khususnya diatom), berbagai siput dan remis, serangga, krustacea, ikan, amfibi, reptilia air dan semi air seperti kura-kura dan ular, itik dan angsa, dan beberapa mamalia yang sering mencari makan di danau (Ridwanaz, 2010).



 


 


 


 


 

Gambar 2. Struktur horizontal danau

(Sumber: Ridwanaz, 2010)


 


 

b. Daerah limnetik

Daerah ini merupakan daerah air bebas yang jauh dari tepi dan masih dapat ditembus sinar matahari. Daerah ini dihuni oleh berbagai fitoplankton, termasuk ganggang dan sianobakteri. Ganggang berfotosintesis dan bereproduksi dengan kecepatan tinggi selama musim panas dan musim semi. Zooplankton yang sebagian besar termasuk Rotifera dan udang- udangan kecil memangsa fitoplankton. Zooplankton dimakan oleh ikan-ikan kecil. Ikan kecil dimangsa oleh ikan yang lebih besar, kemudian ikan besar dimangsa ular, kura-kura, dan burung pemakan ikan.

c. Daerah profundal

Daerah ini merupakan daerah yang dalam, yaitu daerah afotik danau. Mikroba dan organisme lain menggunakan oksigen untuk respirasi seluler setelah mendekomposisi detritus yang jatuh dari daerah limnetik. Daerah ini dihuni oleh cacing dan mikroba (Ridwanaz, 2010).


 


 


 

d. Daerah bentik

Daerah ini merupakan daerah dasar danau tempat terdapatnya bentos dan sisa-sisa organisme mati (Ridwanaz, 2010). Zona benthos juga di dominasi oleh bakteri anaerob dan oksigen terlarut sudah sangat sedikit (Smith & Thomas, 2000: 457 dalam Diyon, Muhammad, 2012). Pengelompokan struktur vertikal perairan danau berdasarkan perbedaan suhu dibagi menjadi tiga yakni daerah epilimnion, termoklin atau metalimnion dan hipolimnion (Effendi, 2003: 33 dalam Diyon, Muhammad, 2012). Dijelaskan lebih lanjut, epilimnion adalah lapisan bagian atas perairan yang memiliki suhu relatif konstan atau perubahan suhu sangat kecil. Termoklin atau metalimnion adalah lapisan di bawah lapisan epilimnion, pada lapisan ini perubahan suhu relatif besar, setiap penambahan kedalaman 1 m terjadi penurunan suhu air sekurang-kurangnya 1 C'. Sedangkan hipolomnion adalah lapisan di bawah lapisan termoklin, perbedaan suhu pada lapisan ini relatif kecil.

Danau juga dapat dikelompokkan berdasarkan produksi materi organik-nya, yaitu sebagai berikut:

  1. Danau Oligotropik

Oligotropik merupakan sebutan untuk danau yang dalam dan kekurangan makanan, karena fitoplankton di daerah limnetik tidak produktif. Ciricirinya, airnya jernih sekali, dihuni oleh sedikit organisme, dan di dasar air banyak terdapat oksigen sepanjang tahun (Ridwanaz, 2010).

b. Danau Eutropik

Eutropik merupakan sebutan untuk danau yang dangkal dan kaya akan kandungan makanan, karena fitoplankton sangat produktif. Ciri-cirinya adalah airnya keruh, terdapat bermacam-macam organisme, dan oksigen terdapat di daerah profundal (Ridwanaz, 2010). Danau oligotrofik dapat berkembang menjadi danau eutrofik akibat adanya materi-materi organik yang masuk dan endapan. Perubahan ini juga dapat dipercepat oleh aktivitas manusia, misalnya dari sisa-sisa pupuk buatan pertanian dan timbunan sampah kota yang memperkaya danau dengan buangan sejumlah nitrogen dan fosfor. Akibatnya terjadi peledakan populasi ganggang atau blooming, sehingga terjadi produksi detritus yang berlebihan yang akhirnya menghabiskan suplai oksigen di danau tersebut. Pengkayaan danau seperti ini disebut "eutrofikasi". Eutrofikasi membuat air tidak dapat digunakan lagi dan mengurangi nilai keindahan danau (Ridwanaz, 2010).


 

Struktur Ekosistem Sungai


 


Gambar 3. Sungai Menang

(Sumber: Dokumen pribadi, 2011)


 

Sungai adalah perairan umum yang airnya mengalir terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air permukaan yang diakhiri bermuara ke laut. Sungai sebagai perairan umum yang berlokasi di darat dan merupakan suatu ekosistem terbuka yang berhubungan erat dengan sistem-sistem terestrial dan lentik. Ciri-ciri umum daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada umumnya mempunyai tofograpi makin bergelombang sampai bergunung-gunung. Sungai adalah lingkungan alam yang banyak dihuni oleh organisme (Odum, 1996).

Ekosistem sungai merupakan suatu kumpulan integral dari berbagai komponen abiotik (fisika-kimia) dan biotik (organisme hidup) yang berkaitan satu sama lain dan saling berinteraksi membentuk suatu unit fungsional. Komponen-komponen ini secara fungsional tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Apabila terjadi perubahan pada salah satu dari komponen-komponen tersebut (misalnya perubahan nilai parameter fisika-kimia perairan), maka akan menyebabkan perubahan pada komponen lainnya (misalnya perubahan kualitatif dan kuantitatif organismenya). Perubahan ini tentunya dapat mempengaruhi keseluruhan sistem yang ada, baik dalam kesatuan struktur fungsional maupun dalam keseimbangannya. Sungai merupakan perairan yang mengalir (lotik), oleh karena itu sungai memiliki arus yang berbeda-beda di setiap tempatnya. Dan di setiap aliran memilki organisme yang berbeda pula. Zonasi pada habitat air mengalir adalah mengarah ke longitudinal, yang menunjukkan bahwa tingkat yang lebih atas berada di bagian hulu dan kemudian mengarah ke hilir.

Sungai merupakan salah satu perairan darat yang mengalir. Berdasarkan letak dan kondisi lingkungannya dibagi menjadi tiga bagian:

• Hulu sungai, terletak di daerah yang dataran tinggi, menglir melalui bagian yang curam, dangkal, berbatu, arus deras, volume air kecil, kandungan oksigen telarut tinggi, suhu yang rendah, dan warna air jernih.

• Hilir sungai, terletak didaratan yang rendah, dengan arus yang tidak begitu kuat dan volume air yang besar, kecepatan fotosintesis yang tinggi dan banyak bertumpuk pupuk organik

• Muara sungai letaknya hamper mencapai laut atau pertemuan sungai-sungai lain, arus air sangat lambat dengan volume yang lebih besar, banyak mengandung bahan terlarut, Lumpur dari hilir membentik delta dan warna air sangat keruh.

Menurut aliran air:

  1. Zona air cepat

    Ciri: terdapat pada bagian yang dangkal dengan arus yang kuat sehingga mencegah terjadinya akumulasi lumpur dan partikel lainnya

  2. Zona air lambat

    Ciri : terdapat pada bagian yang lebih dalam dengan arus yang lemah sehingga lumpur dan partikel lainnya dapat mengendapat

Kualitas Air

Kualitas air secara umum adalah keadaan atau kondisi serta mutu dari air tersebut, apakah kualitasnya baik atau buruk. Tingkat kualitas dari air dapat diperoleh bukan hanya dengan melihat air dari luarnya, seperti kecerahan air, substrat dasar tetapi juga harus melihat dengan melihat unsur-unsur yang dikandungnya seperti pH, dan koduktivitas dari air tersebut (Safitrirayuni.blogspot.com).

Faktor fisikokimia

Faktor yang menentukan distribusi dari biota air adalah sifat fisik-kimmia perairan. Organisme yang dapat disesuaikan denagn kondisi sifat fisik-kimia yang akan mampu hidup (Krebs, 1978). Penyebaran jenis dan hewan akkuatik ditentukan oleh kualitas lingkungan yang ada seperti sifat fisika, kimia, biologisnya (Odum, 1971). Whitton (1975) menambahkan bahwa kehidupan ikan disuatu perairan dipengaruhi oleh volume air mengalir, kecepatan arus, temperatur, pH dan konsentrasi oksigen terlarut. Faktor yang membedakan kondisi fisikokimia dari setiap bagian sungai terdiri dari:

  1. Suhu

Suhu adalah salah satu faktor yang penting dalam suatu perairan untuk mengukur temperatuh lingkkungan tersebut. Suhu merupakan salah satu faktoryang penting dalam suatu perairan karena suhu merupakan faktor pembatas bagi ekosistem perairan dan akan membatasi kehidupan organisme akuatik (Oudum, 1971). Menurut Sucipto dan Eko (2005) menyatakan bahwa suhu mematikan (lethal) hampir untuk semua spesies ikan bekisar 10-11ºC selama beberapa hari. Menurut Barus (2002), kisaran suhu air yang baik dalam perairan dan kehidupan ikan yaitu berkisar antara 23-32ºC.

  1. Substrat

Tanah merupakan tempat hidup bagi organisme. Jenis tanah yang berbeda menyebabkan organisme yang hidup didalamnya juga berbeda. Tanah juga menyediakan unsur-unsur penting bagi pertumbuhan organisme, terutama tumbuhan.

  1. Kecepatan Arus

Arus merupakan faktor pembatas yang mempunyai peranan sangat penting dalam perairan, baik pada ekosistem mengalir (lotic) maupun ekosistem menggenang (lentic). Hal ini disebabkan karena adanya arus akan mempengaruhi distribusi organisme, gas-gas terlarut, dan mineral yang terdapat di dalam air (Barus, 2002).

Semakin tinggi kecepatan arus, kandungan oksigen terlarut dalam air yang sangat dibutuhkan oleh biota air dalam metabolismenya akan semakin banyak. Kecepatan arus berkurang seiring dengan penambahan kedalaman suatu perairan (Siregar, 2004) mengklasifikasikan kecepatan arus sebagai berikut:

Tabel klasifikasi kecepatan arus di perairan

No. Kecepatan arus Kategori

1 <10 cm/det Sangat lambat

2 10-24 cm/det Lambat

3 25-50 cm/det Sedang

4 51-100 cm/det Kuat

5 >100 cm/det Sangat kuat

Lebar sungai, Semakin panjang dan lebar ukuran sungai semakin banyak pula jumlah biota yang menempatinya (Kottelat et al, 1996).Keanekaragaman dan kelimpahan biota juga ditentukan oleh karakteristik habitat perairan.

  1. Kekeruhan

Kekeruhan akan mempengaruhi jumlah cahaya matahari yang masuk kedalam suatu perairan. Air yang keruh antara lain disebabkan oleh partikel tanah, daya ikatnya terhadap pksigen akan berkurang dan mungkin mengurangi batas pandang ikan (Soetomo, 2000). Sehingga selera makan ikan dan efesien penggunaan makanan berkurang. Menurut Wardoyo (1994) tingkat kekeruhan air yang baik untuk pemeliharaan ikan yaitu <50 NTU.

Kekeruhan dipengaruhi oleh bahan–bahan tersuspensi seperti lumpur, pasir, bahan organic, dan bahan anorganik, plankton serta organisme mikroskopik lainnya (Hariyadi, 1992 dalam Kristina, 2001).

  1. Kedalam Sungai

Pada sungai dapat dijumpai tingkat yang lebih tua dari hulu ke hilir,perubahan lebih terlihat pada bagian atas aliran air, dan komposisi kimia berubah dengan cepat. Dan komposisi komunitas berubah sewajarnya yang lebih jelas pada kilometer pertama disbanding lima puluh (50) kilometer terakhir (Odum. 1988).

  1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat krasaman (pH) merupakan suatu indeks konsentrasi ion hidrogen dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan organisme perairan, sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk baik buruknya suatu perairan sebagai lingkungan hidup (Siregar,et al., 2002). Derajat keasaman berpengaruh sangat besar terhadap kehidupan hewan dan tumbuhan air serta mempengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia (Effendi, 2003). Nilai pH dapat dipengaruhi anatara lain buangan industri dan rumah tangga (Mahidda, 1984).

Derajat krasaman (pH) berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas, semakin tinggi pH, semakin tinggi alkalinitas dan semakin rendah kadar kandungan dioksida bebas (Mackereth et al, 1989). pH merupakan tingkat derajat keasaman yang dimiliki setiap unsur, pH juga berpengaruh terhadap setiap organisme, karena setiap organisme atau indivudu memiliki ketentuan pada derajat keasaman (pH) berapa mereka dapat hidup. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi serta dapat meningkatkan konsentrasi ammonia yang bersifat sangat toksik bagi organisme (Barus, 2002). (Pescod, 1973 dalam Kristina, 2001) menyatakan pada pH antara 4-6,5 dan pH 8,5-11 pertumbuhan ikan akan lambat sehingga reproduksi terhambat.

  1. Salinitas

Salinitas adalah nilai yang menunjukkan jumlah garam-garam terlarut dalam satuan volume air yang biasanya dinyatakan dengan satuan promil (‰) (Barus, 2002). salinitas memiliki pengaruh terhadap tekanan osmotik air. Perubahan salinitas secara cepat umumnya menyebabkan tingkat kematian yang tinggi. Salinitas air dipengaruhi oleh pencampuran air laut dan tawar, curah hujan dan evaporasi(Tseng,1987)

  1. Kecerahan

Kecerahan adalah besarnya intensitas cahaya di dalam air yang disebabkan oleh adanya partikel koloid dan tersuspensi seperti lumpur, pasir, bahan organik dan mikroorganisme termasuk plankton (NTAC, 1968). Semakin tinggi tingkat kecerahan suatu perairan, maka semakin tinggi pula kecerahan yang masuk ke dalam air, sehingga lapisan air yang produktif akan menjadi lebih stabil (Kembarawati, 2000).

  1. Vegetasi riparian

Tanaman tepi atau reparians vegetation di tebing aliran sungai tersebut sebagai penghubung ekosistem air dan ekosistem darat. Tanaman tepi juga merupakan sebagai proses fotosintesis antara cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan. Menurut Sary (2006) Fotosintesis adalah salah satu aktivitas biologi yang sangan penting di perairan. Menurut Asdak (2007) daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal sebagai berikut: merupakan daerah konservasi bukan daerah banjir dan jenis vegetasi umumnya tegakan hutan. Sementara daerah hilir DAS dicirikan oleh sbb:merupakan daerah pemanfaatan pada beberapa tempat merupakan daerah banjir, dan jenis vegetasi di dominasi tanaman pertanian.Area yang lebih luas memiliki variasi habitat yang lebih besar dibandingkan dengan area yang lebih sempit (Wooton 1991). Distribusi atau penyebaran ikan dapat dilihat dari 3 sisi, yaitu geologis, geografis dan ekologis. Distribusi geologis adalah penyebaran suatu spesies yang berhubungan dengan waktu atau jaman periode umur bumi ketika spesies itu terdapat. Distribusi geografis (longitudinal) adalah penyebaran suatu spesies ikan berdasarkan tempat ditemukan. Sedangkan distribusi ekologis adalah penyebaran suatu jenis ikan yang erat kaitannya dengan faktor lingkungan.


 

STRUKTUR EKOSISTEM ESTUARI


 

Estuari berasal dari kata aetus yang artinya pasang-surut. Estuari didefinisikan sebagai badan air di wilayah pantai yang setengah tertutup, yang berhubungan dengan laut bebas. Oleh karena itu ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut dan air laut bercampur dengan air darat yang menyebabkan salinitasnya lebih rendah dari pada air laut. Muara sungai, rawa pasang-surut, teluk di pantai dan badan air di belakang pantai pasir temasuk estuari. Estuaria adalah wilayah pesisir semi tertutup yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang merupakan endapan yang dibawa oleh air tawar dan air laut. Contoh dari estuaria adalah muara sungai, teluk dan rawa pasang-surut.

Gambar 4. Teluk

(Sumber: Yunara, 2008) 

Gambar 5. Muara Sungai

(Sumber: Umar, yunika, 2010) 


 

Menurut Dyer, K.R (1973) estuari dapat dibagi dalam dua jenis, yaitu estuari positif dan estuari negatif. Estuari positif adalah suatu estuari dimana air tawar yang masuk dari sungai dan hujan lebih banyak dibandingkan dengan penguapan, sehingga salinitas permukaan lebih rendah dari pada laut terbuka. Estuari negatif adalah kebalikannya, yaitu dimana penguapan lebih besar dari pada aliran sungai dan hujan, karena itu akan terjadi keadaan hypersaline (asin berlebih). Interaksi air tawar dan air asin menentukan sirkulasi air dan proses pencampuran yang dibangkitkan oleh perbedaan densitas antara dua jenis air. Densitas air laut tergantung pada salinitas dan temperatur, tapi di estuari range salinitas sangat besar sedangkan range temperatur kecil. Karena itu temperatur mempunyai pengaruh yang relatif kecil terhadap densitas.


 


Gambar 6. Estuari

(Sumber: Saputra, Hendra, 2011)


 

Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain:

  1. Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya;
  2. Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut;
  3. Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya
  4. Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.


 

Berdasarkan pola sirkulasi dan stratifikasi air terdapat tiga tipe estuaria:

  1. Estuaria berstratifikasi sempurna/nyata atau estuaria baji garam, dicirikan oleh adanya batas yang jelas antara air tawar dan air asin. Estuaria tipe ini ditemukan di daerah-daerah dimana aliran air tawar dari sungai besar lebih dominan dari pada intrusi air asin dari laut yang dipengaruhi oleh pasang-surut.
  2. Estuaria berstratifikasi sebagian/parsial merupakan tipe yang paling umum dijumpai. Pada estuaria ini, aliran air tawar dari sungai seimbang dengan air laut yang masuk melalui arus pasang. Pencampuran air dapat terjadi karena adanya turbulensi yang berlangsung secara berkala oleh aksi pasang-surut.
  3. Estuaria campuran sempurna atau estuaria homogen vertikal. Estuaria tipe ini dijumpai di lokasi-lokasi dimana arus pasang-surut sangat dominan dan kuat, sehingga air estuaria tercampur sempurna dan tidak terdapat stratifikasi.

Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang penting terhadap kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat fisik yang penting adalah sebagai berikut:

1.    Salinitas

Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.

2.    Substrat

Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria.

3.    Sirkulasi air

Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.


 

4.    Pasang-surut

Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Di samping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai di estuaria.

5.    Penyimpanan zat hara

Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.


 

Berdasarkan adaptasinya organisme di lingkungan estuaria mempunyai 3 (tiga) tipe adaptasi (Kennish, 1990). yaitu:

1.    Adaptasi morfologis

Organisme yang hidup di lumpur memiliki rambut-rambut halus untuk menghambat penyumbatan-penyumbatan permukaan ruang pernapasan oleh partikel lumpur.

2.    Adaptasi fisiologis

Berkaitan dengan mempertahankan keseimbangan ion cairan tubuh dalam menghadapi fluktuasi salinitas eksternal.

3.    Adaptasi tingkah laku

Pembuatan lubang ke dalam Lumpur oleh rganisme, khususnya invertebrata.


 

Ada tiga komponen fauna di estuaria: lautan, air tawar dan air payau atau estuaria. Komponen fauna lautan ini merupakan yang terbesar dalam jumlah spesies dan terdiri dari kelompok. Binatang laut Stenohalin merupakan tipe yang tidak mampu atau mempunyai kemampuan yang terbatas dalam mentelorir perubahan salinitas. Komponen ini biasanya terbatas pada mulut estuaria yang pada umumnya mempunyai salinitas 30 permil atau lebih. Estuaria juga miskin akan flora. Hampir semua bagian estuaria yang terus menerus terendam terdiri dari substrat lumpur dan tidak cocok melekatnya makroalga. Tumbuhan air pula yang sangat keruh membatasi tembusnya cahaya hanya sampai ke lapisan atas yang dangkal. Dengan demikian, lapisan bawah estuaria serig kali tanpa tumbuhan hidup. Lapisan air teratas dan zonz intertidal mempunyai jumlah tumbuhan yang terbatas. Di bawah hilir estuaria dan di bawah tingkat pasang turun rata-rata mungkin terdapat padang rumput-rumputan laut.

Secara umum estuaria mempunyai peran ekologis penting sebagai berikut:

  1. Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang-surut (tidal Circulation).
  2. Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang) yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (Feeding ground).
  3. Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (Nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.


 

Secara umum estuaria dimanfaatkan oleh manusia sebagai berikut:

1.    Sebagai tempat pemukiman.

2.    Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.

3.    Sebagai jalur transportasi.

4.    Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar